Sudah dua
tahun lebih aku tinggal dikebun, kebun kelapa sawit di Kalimantan Barat.
Bukan karena keinginanku tapi karena tuntutan kerja yang mengharuskan aku tinggal dikebun. Walaupun sebelumnya aku bukan tinggal dikota-kota amat tapi
setidaknya tempat asalku tidak jauh dari fasilitas kekotaan. Pengalaman
inilah yang membuat aku ngerti kalau hidup dikebun ternyata nggak melulu
duka tetapi setelah terbiasa tidak sedikit hal-hal suka juga aku alami disini. Duka dan suka apa aja yang aku alami selama tinggal dikebun
mudah-mudahan bisa jadi referensi kalian yang kebetulan dapat tawaran kerja
dikebun. Setelah membaca ini nantinya mudah-mudahan tidak kaget ketika tinggal dikebun karena udah ada persiapan.
Baiklah, diawali dari duka yang ku alami selama tinggal dikebun yang mungkin lebih kearah
kurangnya fasilitas, seperti:
1. Kemana-mana Jauh
Tinggal
dikebun mau kemana-mana jauh. Bahkan mau kekampung sebelah aja jauh. Itu karena
dataran kebun lebih banyak diisi oleh tanaman daripada perumahan. Jadi kalau
mau kekampung sebelah harus melewati berblok-blok kebun terlebih dahulu
apalagi kalau mau kekota terdekat untuk membeli keperluan-keperluan. Aduh...
ampun jauhnya. Kota terdekat dari tempat ku tinggal itu kalau ditempuh
menggunakan motor dengan kecepatan normal lebih kurang selama 1 jam. Huhhh...
Ekstra sabar deh kalau mau tinggal dikebun.
2. Jalan Rusak
Jalanan
dikebun kebanyakan belum diaspal. Lubang dijalan ada dimana-mana bahkan jauh
dari kata layak. Kalau hujan 'becek' dan kalau kering 'berdebu'. Hmmm.. udah
bisa dibanyangin dong susahnya gimana diperjalanan. Udah kemana-mana jauh
ditambah lagi jalanan rusak. Hadeh... capek brohhhhh.
3. Sinyal Susah
Jangankan
mau internetan kencang, nelpon aja udah susah. Bukan berarti dikebun
tidak ada sinyal. Hanya saja harus tau tempat-tempatnya dimana saja kuliatas sinyalnya yang bersahabat dan bisa dimanfaatkan untuk menelpon dan internetan seadanya.
Bisa dibilang orang yang tinggal dikebun memiliki keahlian mencari tempat
sinyal yang ghoib seperti dukun yang tau dimana tempat berhantu. Aku sendiri
udah hafal banget dimana aja tempat sinyal pada hangout. Kalau dirumahku sinyalnya itu ada disudut kamar atas lemari, kalo dikantor lokasinya didapur biasa sambil ngopi, diwarung bang
nias pojokan dekat tiang teras, bahkan aku tau level kekuatan sinyal
dirumah temen-temenku. Biarpun aku tau dimana tempat-tempatnya, tetep aja
ribet. Inilah yang membuatku Si Kebuners (sebutan untuk orang yang
tinggal dikebun) jarang bisa update.
Sejauh
ini itulah duka yang ku alami selama menjadi Kebuners. Sedangkan suka yang ku alami ketika tinggal dikebun itu lebih berbau hal-hal yang baru ku temui
ketika menjadi Kebuners seperti :
1. Memiliki Standart Kebahagiaan yang Simple
Yang ku tau kebahagiaan seseorang itu relatif. Ada orang yang bahagia ketika punya uang
banyak, punya gadget high-end, punya pacar cantik, bisa keliling dunia,
de-el-el. Itu aku anggap standart kebahagiaan yang sulit dan perlu usaha untuk
mendapatkannya. Sedangkan setelah aku tinggal dikebun, aku punya kebahagiaan
yang simple. Contohnya bisa ke mall, ngeliat indomaret, dapat sinyal 3G
apalagi 4G, naek motor diaspal, ngopi item bareng temen, nobar motoGP sambil
jerit-jerit dan macem lainnya. Mungkin menurut kalian itu biasa banget karena itu mudah kalian mengaksesnya tapi menurut kami itu adalah kebahagiaan yang hakiki dan tidak ada duanya.
2. Boleh Ngutang
|
Pic : Bang Nias pemilik warung yang sedang menulis bon utang |
Mungkin
ini cuma ada dikebun tempat ku tinggal dan aku nggak tau dikebun lain. Nama
dan wajah yang sudah dikenal pemilik warung adalah kartu kredit dikebun.
Di kebun ke warung nggak perlu bawak duit, yang penting dikenal. Cukup ambil
aja belanjaan abis itu tinggal sebutin nama atau scan wajah ke mata penjaga
warung, udah kelar deh! Ya tapi nggak gratis saudara-saudara karena setiap
gajian tagihan utang sudah menunggu untuk dibayarkan. Itu membuat ku gak kenal
tanggal tua muda, apa yang ku pengen bisa utang dulu di warung. Ngutang juga
gak sembarang utang. Sistem ngutang dikebun begitu kompleks dimana track record
tepat waktu membayar utang adalah rating buat penghutang. Yah... beda tipis
sama dunia perutangan diperbankanlah.
3. All Real Friend
Real friend disini maksudnya temen beneran yang berinteraksi secara langsung. Bukan teman
imajinatif seperti teman yang berinteraksi melalui smartphone/social media.
Bukan berarti orang yang tidak tinggal dikebun tidak punya real friend. Tetapi
berhubung dikebun kurang memungkinkan untuk berinteraksi melalui sosial media
dengan mengandalkan sinyal minim jadi mau tidak mau real friend dikebun lebih
banyak menggunakan interaksi langsung. Contoh simplenya orang-orang dikebun
saling kenal dengan orang dilingkungan sekitarnya kalau dikota bahkan tetangga
sebelahnya saja terkadang tidak saling kenal. Jadi asyiknya punya real friend itu mereka nyata. yaaa itu !
Itu aja pengalaman duka suka selama tinggal dikebun dan mungkin tidak selalu sama dengan kebun-kebun lain. Eh iya, kalo ada yang
nanya kenapa judulnya duka suka bukan suka duka itu karena ketika pertama
kali aku ke kebun awalnya duka dulu yang ku rasakan setelah terbiasa
baru suka yang aku dapati. Nah.. buat manteman yang punya pengalaman tinggal
dikebun silahkan tinggal komentar dibawah.