Selasa, 21 November 2017

,

Toleransi itu...

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaGeE7-mUhIySR_hzHBpAOQII_-XSvoh62AQjM2P8scxc0HdDbcE0GVr4n-eRme9pWmAlk3myDypqzBx2jWgqBWhpVj6UrA0qDOXoXGe1cZ3bdJt2LyvfNpSK82SjPjMMOGNWp3MqoGRc/s2300/TOLERANSI+itu.png


Minggu kemarin aku baru saja pergi keluar jalan-jalan berdua bersama teman. Jarak yang kami tempuh sekitar 1 jam dari tempat aku bekerja. Jalan-jalan ini sering dilakukan orang-orang kebun seperti kami untuk melepas kejenuhan dikebun. Tapi aku bukan mau menceritakan jalan-jalannya melainkan hal menarik yang menurut aku itu adalah sebuah toleransi yang HQQ kata kids jaman now.

Pagi minggu itu sebenarnya aku lagi males-malesan ama bantal guling aku. Tapi temen aku nawarin aku untuk ikut jalan-jalan keluar kebun. Dipikir-pikir karena ada yang pengen aku beli jadi aku mau ikut sekalian nge-refresh otak. Okeh, kamipun siap-siap untuk meluncur kelokasi. Siang sekitar jam setengah dua belas kamipun berangkat mengendarai sepeda motor. Diperjalanan kami isi dengan ngobrol ngalor ngidul dan kebetulan temen aku yang satu ini emang orangnya gak bisa diem. Karena asyik ngobrol jauhpun perjalannya jadi tidak terasa sudah hampir sampai.

Karena kami berangkat di jam-jam makan siang jadi kami pun merundingkan tempat makan siang diatas motor. Beginilah kira-kira percakapan aku dengan temen aku (Erwin) yang kebetulan dia beragama kristen :

Erwin : Kau udah makan yon?

aku : belum. Makan apa kita?

Erwin : Sebetulnya aku kesini pengen makan mie pangsit babi tapi karena sama kau kan nggak mungkin kuajak kau kesitu

aku : Yaudah gak apa-apa kau makan mie pangsit babi lah, aku nanti makan nasi padang aja

Erwin : Nggak lah, enggak enak makan sendiri-sendiri

aku : Jadi makan apa kita ?

Erwin : Makan mie ayam di dekat sana udah pernah kau?

aku : belum pernah

Erwin : Yaudah kesana ajalah kita makan ya

aku : Okeh

Akhirnya kami makan mie ayam bareng.

Sesimpel itulah aku mengartikan kata toleransi. Temen aku yang non-muslim rela nggak makan babi padahal dia pengen banget. Sedangkan aku yang muslim woles dengan tidak melarang dia makan babi dan bahkan mempersilahkannya walaupun aku enggak makan babi. Yang akhirnya kami tentukan makan mie ayam, jalan tengah agar bisa makan barengan.

Bisa kita bayangkan bagaimana indahnya indonesia atau bahkan dunia kalau bisa saling tolenrasi beragama, suku dan ras. Keberagaman diciptakan tuhan bukan untuk saling bermusuh-musuhan dan mencari siapa yang paling benar melainkan agar kita bisa saling toleransi dan menghargai. Suatu kepercayaan itu tidak merugikan dan mencelakakan orang lain menurut aku patut buat kita untuk saling toleransi.

Jadi menurut kalian tolenransi itu...
Continue reading Toleransi itu...

Sabtu, 21 Oktober 2017

,

KAOS SUPREME MERAH

Kali ini aku bukan mau nge riview brand product tapi aku disini mau berbagi cerita dibalik kaos supreme merah. Sebelum menuju ke ceritanya aku mau kasih liat detail gambar kaos supreme merahnya terlebih dahulu.



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgt7DwZHI3R7-3O3iuQjOfJGjj7VSxVkCGn-H3qsF47VdifXNyN8Iwz8mFLP5q1Kuz2zKvFN8g8anjhrRni29NT_yTDZ9trztYnGDxRAi2MpHeKcUYBhp7igsk63hNZYuwyYKtEuZ2Rb8c/s4600/Supreme+Merah.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbfjFaX8luQy54pA6pQwO64tFgsZ1coWP5HVZZa1dqiCrZsA8j0ZtmpQzE_CUkXlPQnG2tpfFAQ-zv6dyIupV69T0e8HzaOFELxPhmR7-GkI_rwctFSBfQ6e1gFiz0brO_paJgGmb86rY/s4600/Tag+Leher.JPG

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4z6Bruz3UXHneKEKK7bsLdddKqBq_eT-GdH8a4QEOXAWdwJziPB5W0jw3AYB4KuxR6lbZYHXdctYUvX8K8xqlQjMVhIvukRrny9__WYiJpl8gKSetUqAh4BijsljKe2q5G7Fd5k_4oZ4/s4600/Tag+Body.JPG

Nah seperti itulah penampakannya. Aku sendiri gak tau ini produk supreme ori atau bukan. Aku juga gak mau bahas tentang ori atau bukannya tapi cerita dibalik kaos supreme merah ini. Mungkin buat para Hype Beaster brand supreme tidak asing lagi buat mereka. Tapi buat kalian yang mungkin belum tau akan sedikit ku jelaskan tentang supreme yang terangkum dari hasil nge-search di Google.

Supreme itu toko penyedia alat-alat skateboard dan brand pakaian yang berlokasi di New York yang didirikan sejak tahun 1994 oleh James Jebbia. Supreme terkenal dengan barang-barang yang tergolong mahal karena jumlah produksinya yang terbatas. Supreme juga dikenal produk yang sering berkolaborasi dengan brand lain seperti Vanz, Thrasher, Louis Vuitton, dan banyak lagi.

Okeh, udah cukup kenalan sama supreme-nya mari kita lanjutkan cerita dibalik kaos supreme merah. Jadi gini, kaos ini sebetulnya pemberian temenku namanya Ruben Dasenna.  Dia orangnya bisa dibilang ngerti brand. Hampir semua yang dipakainya itu barang-barang brand. Mulai dari baju, celana, sepatu sampai sempaknya mungkin brand juga. Jadi aku nyebut dia anaknya brendit banget lah, beda dengan aku yang lebih suka dengan barang custom. Tapi hampir bisa dibilang  dia gak mampu untuk beli barang-barang brand. Loh jadi darimana semua barang brand yang dipakainya? Nyolong, Ngepet atau ngutil ! Tidak teman-teman! Dia biasa mencari barang brand di lelong (penjual barang bekas seperti  baju, celana, sepatu, dll) impor yang tidak jauh dari tempat kerja kami yaitu di perbatasan Kalbar dengan Malaysia. Jadi rata-rata barang lelong disana itu didatangkan dari luar negeri yang aku gak tau dari negara mana aja. Menurutku bisa dibilang ini barang ilegal karena kata penjualnya nggak melalui Bea Cukai. Nah... Kaos supreme yang dikasih Ruben ke aku ini termasuk salah satu baju brand temuannya disana.

Awalnya Ruben nggak mau ngasih kaos Supreme merah ini ke aku. Sebelumnya pernah aku mau bayari kaos supreme itu tapi dia bilang "Gilak ini Supreme men! Langka ! Nggak mau aku kau bayari ini". Nggak jarang juga kalo aku maen ke rumahnya sering banget dia mamerin kaos itu dan setiap kali aku minta bayari itu kaos, nggak pernah dia mau ngasihnya "kan KUWAMPRET itu namanya". Nah loh jadi gimana ceritanya itu kaos supreme bisa jadi milikku?

Itu Semua terjadi akibat  tragedi yang cukup memilukan dimana adanya keputusan perusahaan yang mengharuskan departemen bagian Ruben bekerja dimutasikan kelokasi lain. Keputusan itu ditolak oleh orang-orang di departemennya termasuk Ruben. Merekapun memutuskan untuk mengundurkan diri dari pada harus dimutasikan kelokasi lain.

Tepat dihari Kamis, Tanggal 19 Oktober 2017 setelah keputusan itu dibuat. Malamnya kami pun membuat acara perpisahan yaitu ngumpul didepan rumah Ruben sembari bakar-bakar ayam, bebek, ikan lele sumbangan dari mereka yang ngumpul disitu. Sambil gitaran plus nyanyi bareng kami lakukan malam itu. Saat itu entah apa yang ada dipikirannya, tiba-tiba Ruben menepuk pundakku sambil berkata "Masih mau kah kau kaos supreme ku men?" aku pun menjawab "Mau lah kalo kau kasih". Setelah itu aku ditinggalkannya dan dia masuk kerumahnya. Aku yang lagi asyik ngobrol dengan temen lainnya tiba-tiba ada yang melemparkan sehelai kaos diatas kepalaku yang ternyata itu kaos supreme merah dari Ruben. Nggak pikir panjang langsung ku pakai saja kaos itu double langsung dengan kaos oblong yang ku gunakan malam itu. Disitu Ruben bilang "Karena kita kawanlah makanya aku mau kasih ini ke kau men" dan setelah itu aku hanya membalas kata-katanya dengan senyum cengengesan plus haru juga karena harus berpisah dengan teman-teman seperjuangan dipekerjaan. Setelah itu kamipun melanjutkan acara perpisahan sampai larut malam.

Begitulah kira-kira ceritanya ku bisa dapet kaos supreme merah dari temen ku Ruben Dasenna. Aku anggap pemberiannya ini adalah hadiah perpisahan. Aku hanya bisa berdo'a dan berpesan kepadanya "Semoga sukses ditempat lain dan jangan pernah kau lupakan teman-teman lamamu disini".

Aku sudahi dulu kalimat per kata sampai sini. Semoga gak ada manfaatnya (ciyah elah..) dan jangan lupa tinggalkan jejak komentar kalian dibawah. Mungkin kalian punya barang kesayangan yang ada cerita dibaliknya sehingga suka banget sama tu barang atau apalah itu yang penting jangan lupa komentar. Thank you and see you again !

Update 17 September 2021 : Kaos tersebut sudah menjadi kain lap. Done!
Continue reading KAOS SUPREME MERAH

Kamis, 12 Oktober 2017

DUKA SUKA TINGGAL DI KEBUN


Sudah dua tahun lebih aku tinggal dikebun, kebun kelapa sawit di Kalimantan Barat. Bukan karena keinginanku tapi karena tuntutan kerja yang mengharuskan aku tinggal dikebun. Walaupun sebelumnya aku bukan tinggal dikota-kota amat tapi setidaknya tempat asalku tidak jauh dari fasilitas kekotaan.  Pengalaman inilah yang membuat aku ngerti kalau hidup dikebun ternyata nggak melulu duka tetapi setelah terbiasa tidak sedikit hal-hal suka juga aku alami disini.  Duka dan suka apa aja yang aku alami selama tinggal dikebun mudah-mudahan bisa jadi referensi kalian yang kebetulan dapat tawaran kerja dikebun. Setelah membaca ini nantinya mudah-mudahan tidak kaget ketika tinggal dikebun karena udah ada persiapan. 

Baiklah, diawali dari duka yang ku alami selama tinggal dikebun yang mungkin lebih kearah kurangnya fasilitas, seperti:  

1. Kemana-mana Jauh




Tinggal dikebun mau kemana-mana jauh. Bahkan mau kekampung sebelah aja jauh. Itu karena dataran kebun lebih banyak diisi oleh tanaman daripada perumahan. Jadi kalau mau kekampung sebelah harus melewati berblok-blok kebun terlebih dahulu  apalagi kalau mau kekota terdekat untuk membeli keperluan-keperluan. Aduh... ampun jauhnya. Kota terdekat dari tempat ku tinggal itu kalau ditempuh menggunakan motor dengan kecepatan normal lebih kurang selama 1 jam. Huhhh... Ekstra sabar deh kalau mau tinggal dikebun.

2. Jalan Rusak

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0aEVi2Z6S89QF52WKRMbVr_el9vvHSh4s9PtopJdYvEQwH_uQK3u8PR0L6gJ6QM54jXtpesLs44JFSxOizKu9abuD6VSq1cfV5HnnOPrqlHqr2iRy0YmS0Sex-kk1pZWZ7rHV5wxfduk/s4600/Jalan+Rusak.JPG

Jalanan dikebun kebanyakan belum diaspal. Lubang dijalan ada dimana-mana bahkan jauh dari kata layak. Kalau hujan 'becek' dan kalau kering 'berdebu'. Hmmm.. udah bisa dibanyangin dong susahnya gimana diperjalanan. Udah kemana-mana jauh ditambah lagi  jalanan rusak. Hadeh... capek brohhhhh.

3. Sinyal Susah
 
Jangankan mau internetan kencang, nelpon aja udah susah.  Bukan berarti dikebun tidak ada sinyal. Hanya saja harus tau tempat-tempatnya dimana saja kuliatas sinyalnya yang bersahabat dan bisa dimanfaatkan untuk menelpon dan internetan seadanya. Bisa dibilang orang yang tinggal dikebun memiliki keahlian mencari tempat sinyal yang ghoib seperti dukun yang tau dimana tempat berhantu. Aku sendiri udah hafal banget dimana aja tempat sinyal pada hangout. Kalau dirumahku sinyalnya itu ada disudut kamar atas lemari, kalo dikantor lokasinya didapur biasa sambil ngopi, diwarung bang nias  pojokan dekat tiang teras, bahkan aku tau level kekuatan sinyal dirumah temen-temenku. Biarpun aku tau dimana tempat-tempatnya, tetep aja ribet. Inilah yang membuatku  Si Kebuners (sebutan untuk orang yang tinggal dikebun) jarang bisa update.

Sejauh ini itulah duka yang ku alami selama menjadi Kebuners. Sedangkan suka yang ku alami ketika tinggal dikebun itu lebih berbau hal-hal yang baru ku temui ketika menjadi Kebuners seperti :

1. Memiliki Standart Kebahagiaan yang Simple
 
Yang ku tau kebahagiaan seseorang itu relatif. Ada orang yang bahagia ketika punya uang banyak, punya gadget high-end, punya pacar cantik, bisa keliling dunia, de-el-el. Itu aku anggap standart kebahagiaan yang sulit dan perlu usaha untuk mendapatkannya. Sedangkan setelah aku tinggal dikebun, aku punya kebahagiaan yang simple. Contohnya bisa ke mall, ngeliat indomaret, dapat sinyal  3G apalagi 4G, naek motor diaspal, ngopi item bareng temen, nobar motoGP sambil jerit-jerit dan macem lainnya. Mungkin menurut kalian itu biasa banget karena itu mudah kalian mengaksesnya tapi menurut kami itu adalah kebahagiaan yang hakiki dan tidak ada duanya.

2. Boleh Ngutang

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRCoVBBdFZgWVAPqhOZjfY1rJjYq3mS1SD6ifkoZiRzk2W1ID9JTeFo2kZYCJlb6w7KTbrspILer7I6utwaRM8atd6aosX_s39YgfLZMmvdjuinsHbPQUC8k7GrgKFUvLYNEOBMDlE6So/s4600/Boleh+Ngutang.JPG
Pic : Bang Nias pemilik warung yang sedang menulis bon utang
 
Mungkin ini cuma ada dikebun tempat ku tinggal dan aku nggak tau dikebun lain. Nama dan wajah yang sudah dikenal pemilik warung adalah kartu kredit dikebun.  Di kebun ke warung nggak perlu bawak duit, yang penting dikenal. Cukup ambil aja belanjaan abis itu tinggal sebutin nama atau scan wajah ke mata penjaga warung, udah kelar deh! Ya tapi nggak gratis saudara-saudara karena setiap gajian tagihan utang sudah menunggu untuk dibayarkan. Itu membuat ku gak kenal tanggal tua muda, apa yang ku pengen bisa utang dulu di warung. Ngutang juga gak sembarang utang. Sistem ngutang dikebun begitu kompleks dimana track record tepat waktu membayar utang adalah rating buat penghutang. Yah... beda tipis sama dunia perutangan diperbankanlah. 

3. All Real Friend




Real friend disini maksudnya temen beneran yang berinteraksi secara langsung. Bukan teman imajinatif seperti teman yang berinteraksi melalui smartphone/social media. Bukan berarti orang yang tidak tinggal dikebun tidak punya real friend. Tetapi berhubung dikebun kurang memungkinkan untuk berinteraksi melalui sosial media dengan mengandalkan sinyal minim jadi mau tidak mau real friend dikebun lebih banyak menggunakan interaksi langsung. Contoh simplenya orang-orang dikebun saling kenal dengan orang dilingkungan sekitarnya kalau dikota bahkan tetangga sebelahnya saja terkadang tidak saling kenal. Jadi asyiknya punya real friend itu mereka nyata. yaaa itu !

Itu aja pengalaman duka suka selama tinggal dikebun dan mungkin tidak selalu sama dengan kebun-kebun lain. Eh iya, kalo ada yang nanya kenapa judulnya duka suka bukan suka duka itu karena ketika pertama kali aku ke kebun awalnya duka dulu yang ku rasakan setelah terbiasa baru suka yang aku dapati. Nah.. buat manteman yang punya pengalaman tinggal dikebun silahkan tinggal komentar dibawah.
Continue reading DUKA SUKA TINGGAL DI KEBUN